Dunia pendidikan di Aceh dihadapkan oleh beberapa tantangan. Namun dalam beberapa tahun terakhir, Dinas Pendidikan Aceh telah mengambil langkah signifikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Tanah Rencong ini. Kepala Dinas Pendidikan Aceh, melalui Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Asbaruddin mengatakan, pihaknya memfokuskan pada beberapa aspek penting. Khususnya pemenuhan dan peningkatan kualitas guru dan tenaga pendidikan.
Ia juga menyampaikan bahwa pemerataan pendidikan di daerah pelosok menjadi fokus utama Dinas Pendidikan Aceh. Melalui APK (Angka Partisipasi Kasar) yang mendekati 100, hampir semua anak usia sekolah menengah atas sudah berada di sekolah formal (SMA/SMK/MA). Sedangkan sisanya masuk ke dayah yang merupakan jalur pendidikan nonformal, tersebar di semua daerah dan pelosok. Sementara untuk daerah terpencil dengan akses terbatas, Dinas Pendidikan Aceh menghadirkan kelas jauh seperti yang sudah berjalan di Alue Kejerueng (Aceh Selatan), Gamat (Aceh Tengah), dan Pameu (Aceh Tengah).
Meski telah melakukan berbagai upaya, Dinas Pendidikan Aceh tetap dihadapkan pada beberapa kendala dalam meningkatkan mutu pendidikan di daerah tersebut. Kendala yang dihadapi antara lain tingkat kesadaran sekolah dan kedispilinan para anak didik di daerah terpencil. Kemudian persoalan kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba di daerah perkotaan. Oleh karena itu, program peningkatan mutu tidak dapat berjalan tanpa dukungan semua stakeholder, terkhusus orang tua atau wali murid.
Di era digital seperti sekarang ini, lanjut Asbaruddin, Dinas Pendidikan Aceh terus berupaya untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satunya adalah melalui aplikasi ‘Meutuwah Nanggroe’ yang dibangun oleh para guru inti di Aceh. Aplikasi ini tidak hanya membantu para guru dalam mengikuti P3K. Tetapi juga digunakan sebagai alat latihan siswa menghadapi tes ke perguruan tinggi.