China diprediksi bakal mengalami kembali gelombang baru Covid-19 usai varian Omicron bermutasi menjadi subvarian XBB 1.5 dan BQ 1.1. Mutasi itu menyebabkan varian tersebut lebih cepat menyebar dan tahan terhadap vaksin. Bahkan, subvarian baru yang disebut XBB.1.5 sudah menyebar dengan cepat di beberapa negara bagian Amerika Serikat semisal New York. Di sana, subvarian tersebut menyebabkan 40 persen dari total kasus Covid-19 yang ada berdasarkan US Centres for Disease Control and Prevention.
“China kemungkinan besar akan mengikuti tren dan mengulangi gelombang re-infeksi seperti yang sudah terjadi di belahan dunia lain,” kata Ahli Virus, Shan-Lu Liu dari Ohio State University seperti dikutip South China Morning Post. Di hampir banyak bagian di dunia, re-infeksi telah menjadi hal yang lumrah dengan adanya tiga dari empat puncak infeksi pada 2022. Sejauh ini, para pakar masih belum memahami re-infeksi terjadi kepada orang yang telah sembuh dari Covid-19.
Di sisi lain, mengutip New York Times, para pakar kesulitan mengakses informasi detail soal perkembangan kasus Covid-19 di China. Pasalnya, Pemerintah China tidak transparan mengenai data soal pandemi. Di Hong Kong bahkan, satu tim ahli terpaksa mengakses data penumpang dari lima kereta jalur kereta bawah tanah di Beijing untuk menentukan potensi penyebaran kasus Covid-19 di China.