Dalam kunjungannya ke Malaysia dalam rangka memantau masalah Pekerja Migran Indonesia (PMI), serta melihat kesiapan PPLN dalam melaksanakan Pemilu 2024, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Sidarto Danusubroto, menyempatkan diri untuk bertemu dan berdialog dengan warga negara Indonesia terkait dengan masalah ‘Wawasan Kebangsan’ di KBRI Kuala Lumpur yang dihadiri oleh Dubes RI, staf KBRI, perwakilan ormas dan parpol di Malaysia. Sidarto menegaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) didirikan oleh Founding fathers untuk semua suku, etnis, agama, dan golongan yang ada di Indonesia. Bangsa dan Negara Indonesia bukan hanya untuk kalangan tertentu, namun menurut Bung Karno: “satu untuk semua, semua untuk satu, dan semua untuk semua”. Pemikiran Bung Karno ini sangat relevan dengan kondisi Indonesia sebagai bangsa yang pluralistik, multikultural, multietnik, dan multiagama.
Indonesia yang pluralistik, multikultural, multietnik, dan multiagama adalah suatu keniscayaan yang harus dirawat dan dijaga keharmonisannya. Kebhinekaan Indonesia adalah aset berharga yang menyimpan berbagai kekayaan lokal yang menjadi modal kemakmuran dan kesejahteraan bangsa.
Masyarakat Indonesia yang tinggal di Malaysia tentunya juga sangat beragam, baik dari latar belakang suku, etnis, agama, budaya, sosial, politik, maupun bidang pekerjaan yang ditekuni, dan sebagainya. Mari kita kelola keberagaman itu menjadi kekuatan. Perbedaan itu sebenarnya sangat indah. Keindahan pelangi tercipta dari kombinasi warna yang berbeda. Musik orkestra terdengar merdu justru karena perpaduan beragam instrumen yang menghasilkan simphoni indah dan komposisi irama yang harmonis. Kebhinekaan ini jika dikelola dengan baik, dalam semangat persatuan dan persaudaraan, dapat menjadi kekuatan untuk memberikan kontribusi bagi bangsa dan negara.
Selain mengadakan dialog kebangsaan dengan masyarakat Indonesia, dalam kunjungannya Sidarto juga melakukan pertemuan dengan Ibu Dato Rosnah, mantan Menteri dalam pemerintahan PM Mahatir Muhammad.