Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Muhammad Luthfi Ali Yahya (Habib Luthfi) didampingi Hasbullah Ahmad, Sekretaris Anggota Wantimpres, memberikan tausyiah pada puncak acara peringatan haul Habib Thoha Bin Muhammad Bin Yahya pada hari Minggu (21/05/23) di Depok, Semarang, Jawa Tengah. Habib Thoha adalah seorang wali Allah yang dijuluki Mbah Kramat Depok, yang tidak lain merupakan kakek dari Habib Luthfi. Pada manakib yang dibacakan Hasbullah Ahmad, karena kesalehannya, Habib Thoha mendapatkan gelar keraton Kanjeng Raden Tumenggung Ronggo Prawiro Kusumo.
Habib Luthfi menekankan pentingnya peringatan haul pertama, agar kita tidak mudah melupakan sejarah; kedua, mengenang sejarah para leluhur yang berkontribusi besar dalam memerdekakan bangsa ini dari belenggu penjajah dan juga dari belenggu kebodohan; ketiga, agar tidak mati obor, terputus hubungan kesejarahannya dengan masa lalu. Dalam kaitan ini penting bagi kita untuk melestarikan situs-situs bersejarah agar tidak melupakan para leluhur, baik para wali Allah maupun para pejuang bangsa. Peninggalan leluhur ini penting bagi kita untuk merawat kecintaan pada orang-orang saleh. Hal ini penting agar kita tidak kehilangan berkah (barokah) yang dapat menyebabkan kesengsaraan, baik tanah yang gersang maupun manusia yang tidak berkualitas. Bahkan gunungpun apabila sudah kehilangan berkah pelan-pelan akan meletus dan mengakibatkan bencana.
Habib Luthfi mengingatkan betapa toleransi telah dicontohkan sejak zaman Rasulullah SAW. Hijrahnya Rasulullah adalah wahyu, perintah Allah SWT. Dipilihnya kota Yastrib (Madinah) sebagai kota tujuan hijrah karena saat itu Yastrib telah memiliki hubungan dagang dengan Timur Jauh. Segera setelah Hijrah, Rasulullah membangun sarana peribadatan, pendidikan dan juga ekonomi, Masyarakat Yastrib pada saat itu sangat heterogen, tidak hanya Islam saja tetapi juga ada Yahudi, Nasrani dan lain-lain seluruhnya diayomi. Rasulullah memiliki tanggung jawab untuk menjaga keutuhan wilayahnya, negaranya yang beragam tersebut bukan hanya sekedar menjalankan risalah. Para Wali Allah di Nusantara juga memberikan contoh bukan hanya toleransi tetapi juga profesionalisme yang mengedepankan kompetensi. Raja Brawijaya yang bukan muslim mengangkat Malik Ibrahim, sebagai Menteri Ekonomi dan Irigasi, Ibrahim Asmorokondi diangkat sebagai Menteri Keuangan (Kitab Babad Tanah Jawa).
Para waliyullah tidak berdakwah mengandalkan kesaktian tetapi lebih mengedepankan akhlak, dan kompetensi intelektualitasnya. Itulah sebabnya meskipun para Wali Allah telah wafat tetapi makamnya hingga saat ini masih diziarahi masyarakat dari berbagai agama dan menghidupkan ekonomi masyarakat sekitarnya. Tugas kita tinggal meneruskan perjuangan yang telah dicontohkan oleh para leluhur. Habib Luthfi mengingatkan agar kita terus menerus menghidupkan dan menyelenggarakan haul. Para penyelenggara negara harus secara rutin mengajak generasi muda berziarah ke makam para pahlawan. Dengan cara inilah kita mencintai Indonesia, merasa malu kepada para leluhur bila kita tidak berkontribusi positif bagi negara ini.
Menutup ceramahnya, Habib Luthfi mengajak seluruh yang hadir dari berbagai agama untuk mendoakan Indonesia, seraya mengingatkan agar tidak mudah dipecah belah apalagi menjelang dan saat pelaksanaan pemilu 2024.
Sebelum acara puncak berlangsung sehari sebelumnya telah dilaksanakan kegiatan khataman Al quran, pembacaan Rotibul Qubro yang dipimpin oleh Habib Muhdhor Ahmad Assegaf. Turut hadir pada puncak peringatan haul Habib Thoha tersebut Walikota Semarang, pejabat TNI Polri Semarang, Habib Umar Muthohar, para tokoh agama serta ribuan jamaah dari berbagai daerah di tanah air.