Habib Luthfi Hadiri Peringatan Maulid Akbar Dalam Rangka Harlah 1 Abad NU di Tanjung Jabung Barat, Jambi

Anggota Wantimpres Habib Luthfi didampingi Hasbullah Ahmad, Sekretaris Anggota Wantimpres menghadiri dan memberikan ceramah kebangsaan pada peringatan Maulid Akbar dalam rangka Harlah 1 Abad NU, di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi, Rabu (22/2/23). Kegiatan ini juga sekaligus dirangkaikan dengan haul Syekh Abdul Qodir Al Jailani, haul Syekh Muhammad Ali bin Syekh Abdul Wahhab, dan peletakan batu pertama pendirian pondok pesantren Soleh Al Mubarok.

Ceramah kebangsaan Habib Luthfi yang menjadi pamuncak acara tersebut dihadiri oleh sejumlah pejabat daerah termasuk Gubernur Provinsi Jambi, Dandim dan Kapolres Tanjung Jabung Barat, tokoh masyarakat, ulama, habaib serta puluhan ribu jamaah dan masyarakat yang memadati area yang dikelola oleh Yayasan Tiga Sekawan Soleh Al Mubarok.

Gubernur Jambi menegaskan bahwa antusiasme masyarakat Jambi menyambut kehadiran Maulana Habib Luthfi merupakan ekspresi kerinduan kepada Rasulullah SAW yang diwujudkan melalui dzuriyyahnya (keturunannya). Gubernur memohon masyarakat Jambi agar mendoakan kesehatan bagi Habib Luthfi sehingga dapat mempersatukan umat dengan beragam kapasitasnya termasuk sebagai Anggota Wantimpres. Masyarakat Jambi mendukung penuh program-program Habib Luthfi untuk membangkitkan nasionalisme antara lain melalui kegiatan Kirab Merah Putih, Ceramah Kebangsaan dan lain-lain.

Sementara itu, Habib Luthfi mengawali ceramah kebangsaannya dengan menceritakan sejarah penciptaan manusia yang berasal dari manusia soleh dan solehah yaitu Adam dan Hawa. Dari kedua leluhur manusia inilah kemudian lahir para nabi dan rasul hingga manusia biasa seperti kita saat ini. Beliau mengutip penggalan ayat suci Alquran surat Al Hujurat (surat 49) ayat 13: “Wahai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu bersuku dan berbangsa agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia dari kamu pada Allah adalah yang paling taqwa” Ayat ini menyebut seluruh manusia tanpa kecuali dan tidak menjadikan derajat satu manusia beda dengan yang lain berdasarkan suku, bangsa atau warna kulit. Kata kunci dari seluruh keberagaman yang diciptakan oleh Allah SWT adalah agar kita saling mengenal satu sama lain. Inilah syarat dari tumbuhnya rasa cinta, saling menghormati kelebihan dan kekurangan. Dalam konteks pergaulan antar bangsa, mungkin saja sebuah bangsa memiliki kelebihan minyak tetapi tidak memiliki lahan pertanian yang cukup, tanahnya tandus dan lain-lain. Inilah yang kemudian melahirkan kerja sama antar bangsa, antar negara baik di bidang ekonomi, politik dan lainnya dalam prinsip dan semangat saling menghormati dan menghargai.

Habib Luthfi menyisipkan pesan agar generasi muda saat ini jangan mudah meneriakkan kata “takbir” tanpa memahami substansinya. Takbir adalah kalimat yang memiliki makna luar biasa dalam, membuat kita harusnya rendah hati karena dengan kalimat itu kita mengakui Yang Maha Besar hanya Allah semata. Semestinya kita teriakan “takbir” sambil membangun ekonomi, pertanian, pertahanan, teknologi bukan sebaliknya meneriakan “takbir” yang tanpa isi dan makna apalagi sampai merusak. Belajarlah dari filosofi wudhu, saat kita membasuh wajah didalamnya ada mata dan mulut, sadarilah ada pesan bahwa kita hanya melihat dan berbicara yang baik-baik saja. Ini ajaran yang sangat baik, yang harus dilatih dan dibiasakan, tidak boleh membuka aib orang lain. Inilah akhlak para pejuang kita di masa lalu yang terbiasa dengan kalimat-kalimat yang baik.

Habib Luthfi juga berpesan agar generasi muda tidak mudah luntur semangat nasionalismenya. Mulailah dari yang kecil. Hasil pertanian kita yang sangat banyak sebagai karunia dari Allah hendaknya tidak lagi diberi nama asing seperti Jambu Bangkok, Jeruk Mandarin. Berilah nama Indonesia sebagai wujud kecintaan dan kebanggaan kita sebagai bangsa yang besar. Gelorakanlah kebanggaan dan fanatisme kepada Indonesia. Indonesia adalah bangsa besar yang hebat dan selalu dalam lindungan Allah. Di saat bangsa lain ekonominya terpuruk, Indonesia tetap stabil. Generasi muda harus memahami bahwa kemajuan teknologi hendaknya tidak membuat kita memusuhi umara, ulama, TNI, Polri karena apabila kebencian terus menerus dipelihara maka bangsa lain yang akan memperoleh manfaat sementara kita akan porak poranda. Habib Luthfi menutup ceramahnya dengan mendoakan keselamatan bagi bangsa Indonesia

Search