Dewan Pertimbangan Presiden

DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN

Dukungan Sidarto Danusubroto terhadap Usulan Dr. dr. H.R. Soeharto sebagai Calon Pahlawan Nasional

Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Sidarto Danusubroto hadir sebagai pembicara pada Seminar Nasional (22/2) yang diselenggarakan atas kerja sama Ikatan Dokter Indonesia, ILUNI FK UI, Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia, dan Keluarga Dr. Soeharto. Seminar Nasional bertajuk Pengusulan Calon Pahlawan Nasional Dr. dr. H. R. Soeharto, Dokter Pejuang Pengabdi Sepanjang Zaman tersebut diselenggarakan secara hybrid.

Dr. Soeharto merupakan sosok yang berperan penting dalam perjuangan bangsa, sejak masa pergerakan hingga masa-masa kemerdekaan 1945. Ia merupakan orang terdekat Presiden Soekarno sekaligus dokter pribadi dan juga orang terdekat dari Bung Hatta.

Sidarto Danusubroto memberikan kesaksian bahwa saat menjadi ajudan Bung Karno, pernah mendengar Bung Karno mengatakan Dr. Soeharto adalah orang kepercayaannya. “Saya kebetulan adalah ajudan Presiden Soekarno pasca-Super Semar. Apa yang saya dengar dari Bung Karno saat beliau ditahan di Wisma Yaso, saya dengar sendiri dari Bung Karno bahwa Dr. Soeharto adalah salah satu kepercayaan saya selama sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan,” kata Sidarto.

Begitu tingginya kepercayaan Presiden Soekarno kepada Dr. Soeharto di masanya. Semua tugas-tugas penting diamanahkan Presiden Soekarno kepada Beliau.

Dalam Seminar tersebut, Sidarto Danusubroto menyampaikan bahwa sangat pas jika Dr. Soeharto yang lahir pada 24 Desember 1908 ini diusulkan menjadi Pahlawan Nasional. Perjuangan dan pengabdiannya di berbagai era yang melebihi tugas utamanya sebagai dokter pribadi/ kepresidenan Soekarno dan Hatta tercatat dengan jelas. “Mengusung Dr. Soeharto sebagai Pahlawan Nasional, menyebarluaskan perjuangannya membuka kesempatan banyak orang agar belajar dari sejarah, tentang heroisme, orang-orang yang berjuang tanpa pamrih untuk kemanusiaan dan kebangsaan. Generasi muda harus belajar banyak dari jiwa kepahlawanan beliau,” pungkas Sidarto.

Sidarto melanjutkan tak bisa dibayangkan seandainya tidak ada sosok Dr. Soeharto di samping Bung Karno. Tindakan medis dr. Soeharto ini sangat menentukan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tetap bisa dilaksanakan sesuai waktu yang direncanakan yaitu pada pukul 10.00 WIB pada 17 Agustus 1945. “Bung Karno demam malaria. Seorang Bung Karno terkuras tenaganya sebelum Proklamasi harus dibantu oleh seorang Dr. Soeharto untuk bisa paginya membaca Teks Proklamasi yang kita kenang sampai sekarang” jelas Sidarto.

Selain Sidarto Danusubroto, turut hadir pembicara lainnya Prof. Dr. Djoko Suryo, M.A., Guru Besar Ilmu Sejarah UGM, Prof. Drs. Dorojatun Kuntjorojakti, Guru Besar dan mantan Dekan FE UI, Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, Sp.PD-KAI, Guru Besar FK UI, Ir. Hasto Kristiyanto, M.M., Sekjen PDIP, Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah dan Dra. Murhardjani, MP., Direktur Kemensos Bidang Kepahlawanan Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial.

Search