Pembangunan Sosial dan Budaya Menuju Indonesia Emas 2045

Sejak meraih kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia senantiasa berkembang dan mengukuhkan kemerdekaan dengan pembangunan di berbagai bidang, salah satunya pembangunan sosial dan budaya sebagai pilar pembangunan nasional. Sepanjang 71 tahun kemerdekaannya, ada tiga capaian utama yang membuktikan eksistensi bangsa Indonesia sebagai bangsa yang bersatu dan berdaulat, yaitu kesatuan bangsa; penerimaan Pancasila oleh agama-agama; dan demokrasi. Kesatuan bangsa Indonesia berasal dari rasa kebangsaan yang tumbuh dari perjuangan meraih kemerdekaan yang berhasil mempersatukan keberagaman suku dan etnik dengan budaya dan bahasa yang berbeda-beda. Titik kulminasi kesatuan bangsa Indonesia dibuktikan oleh penerimaan agama-agama di Indonesia (Islam, Hindu, Kristen, Buddha, dan Konghucu) terhadap Pancasila sebagai ideologi bangsa. Terakhir, demokrasi yang diterapkan di Indonesia memang masih memiliki kelemahan, tetapi bangsa Indonesia telah berhasil melewati proses demokratisasi.

Piesse (2015) mengidentifikasi tujuh jenis permasalahan sosial yang dihadapi oleh Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia berusia 15-64 tahun diprediksikan akan memuncak pada tahun 2025 hingga tahun 2050. Setelah tahun 2050, generasi tersebut akan memasuki usia lanjut dan pemerintah Indonesia harus menghadapi kasus penyakit degeneratif dalam jumlah besar. Masalah kesehatan bisa menjadi persoalan serius apabila pemerintah tidak mengedukasi masyarakat untuk menyadari pentingnya layanan kesehatan dasar dan sanitasi mulai dari saat ini. Bonus demografi yang akan tersedia pada tahun 2025 tersebut mungkin akan sulit dinikmati oleh bangsa Indonesia karena kualitas pendidikan yang masih rendah serta lapangan kerja yang belum mampu menyerap seluruh tenaga berusia muda pada masa sekarang. Kondisi-kondisi ini menjadi tantangan serius bagi Indonesia pada tahun 2045 bila tidak diantisipasi dengan baik. Sebaliknya, kondisi-kondisi tersebut juga dapat menjadi peluang besar – jika dikelola dengan bijaksana – bagi Indonesia untuk mencapai Indonesia Emas atau Indonesia yang sesuai dengan harapan bangsanya pada tahun 2045.

Mempertimbangkan situasi dan kondisi yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia di masa yang akan datang, Dewan Pertimbangan Presiden menganggap bahwa masyarakat Indonesia memerlukan informasi untuk mempersiapkan diri dan berpartisipasi dalam pembangunan nasional di masa yang akan datang. Untuk itu, Dewan Pertimbangan Presiden menyelenggarakan sebuah Pertemuan Terbatas dengan topik “Pembangunan Sosial dan Budaya Menuju Indonesia Emas 2045”. bertempat di Kantor Wantimpres (2/5). Pertemuan terbatas ini dihadiri oleh Ibu Sri Adiningsih, ketua Wantimpres, Prof. Dr. A. Malik Fadjar, Anggota Wantimpres, dan para Sekretaris Anggota Wantimpres. Hadir sebagai narasumber dalam pertemuan tersebut yaitu M. Sobary, Budayawan, Jamal D. Rahman, Pemimpin Redaksi Majalah Sastra Horison, Prof. Dr. Frans Magnis Suseno, STF Driyarkara, dan Ahmad Tohari, Sastrawan. (MEL)

Search