Seiring terus bertambahnya jumlah penduduk dunia, isu mengenai daya dukung lingkungan semakin mengemuka. Pasalnya, setiap aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selalu melibatkan aspek sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup di sekitarnya. Permasalahannya, dalam beberapa dasawarsa terakhir, pemanfaatan SDA dan lingkungan hidup telah melampaui batas sehingga menyebabkan degradasi lingkungan biogeofisik. Hal ini berimbas pada penurunan kualitas komponen alam seperti air, lahan dan udara yang apabila dibiarkan akan mengancam keberlangsungan hidup manusia.
Guna menelaah lebih jauh mengenai kondisi dan proyeksi permasalahan lingkungan baik secara global maupun nasional, Bapak Jan Darmadi, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), melaksanakan Pertemuan Terbatas dengan tema “Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup” pada 15 Maret 2017 di Kantor Wantimpres, Jakarta. Kegiatan ini merupakan bagian dari Kajian Bersama Anggota Wantimpres mengenai “100 Tahun Indonesia Merdeka 2045”.
Dalam acara yang dipimpin oleh Ibu Sri Adiningsih, Ketua Wantimpres, tersebut, hadir beberapa narasumber, yakni Prof. Dr. Emil Salim (Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup Periode 1978-1993), Bapak Rachmat Witoelar (Menteri Negara Lingku-ngan Hidup Periode 2004-2009), Prof. Dr. Rokhmin Dahuri (Menteri Kelautan dan Perikanan Periode 2001-2004), Dr. Ir. Tumiran (Anggota Dewan Energi Nasional), dan Dr. Ir. Nur Masripatin (Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan).
Prof. Dr. Emil Salim, dalam paparannya, mengemukakan dunia saat ini telah berubah secara signifikan, bukan lagi dunia yang alami tapi dunia yang telah banyak dipengaruhi oleh manusia. Hal ini menghadirkan permasalahan yang tidak hanya menyangkut perubahan iklim, tapi juga terkait dengan sumber daya biologis dan keanekaragaman hayati. Bapak Rachmat Witoelar menyampaikan perubahan besar lingkungan yang mulai terjadi terutama sejak Revolusi Industri sekitar 200 tahun lalu. Pembangunan yang dilakukan manusia terlalu kebablasan sehingga tidak memikirkan dampaknya pada keberlang-sungan lingkungan.
Sementara itu, Prof. Dr. Rokhmin Dahuri menyatakan pembangunan nasional Indonesia kurang memperhatikan keberlangsungan ekologis. Wilayah tutupan hutan di beberapa wilayah terutama Jawa tinggal 12 persen. Hal ini yang menyebabkan intensitas bencana alam semakin meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, paradigma pembangunan ke depannya harus lebih memperhatikan aspek lingkungan (VERI).