Pada hari Kamis, 16 Maret 2017, Ketua WANTIMPRES, Prof. Dr. Sri Adiningsih mengadakan pertemuan untuk mendapatkan gambaran tentang “Peran Perkebunan dalam Mengurangi Kemiskinan dan Ketimpangan. Pertemuan ini selain dihadiri oleh Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar dari Kementerian Pertanian, dihadiri pula oleh perwakilan asosiasi perkebunan kelapa sawit, kelapa, kakao, karet dan kopi.
Menurut data perkebunan di Indonesia sebagian besar berada di pulau Sumatera, Sulawesi dan Jawa yang dalam kegiatannya mempengaruhi kehidupan sebagian besar masyarakat karena menyerap tenaga kerja cukup banyak yaitu sekitar 6,5 juta orang dalam perkebunan kelapa dan 5,6 juta orang dalam perkebunan kelapa sawit. Hal yang menarik adalah selain perkebunan kelapa sawit, mayoritas merupakan perkebunan rakyat menjadi salah satu sumber devisa negara.
Dalam pertemuan ini terungkap bahwa banyak masalah yang muncul dalam perkebunan rakyat antara lain usia tanaman sudah tua, tidak menggunakan benih unggul bersertifikat sehingga menyebabkan kualitas rendah, produktifitas rendah, pengelolaan kebun tidak sebaik perkebunan swasta besar, konversi lahan, harga produk hasil perkebunan fluktuatif, tengkulak, lahan perkebunan belum tersertifikasi, infrastruktur yang belum baik serta masih rendahnya nilai tambah produk ekspor.
Di samping itu, terdapat program plasma yang dibangun dan dikelola oleh kebun inti (biasanya dikelola oleh perusahaan besar) sehingga menghasilkan produksi yang berkualitas bagus dan jaminan pemasarannya yang jauh lebih baik. Namun permasalahan saat ini adalah banyak kebun plasma yang sudah lunas lalu memisahkan diri dari kebun inti sehingga perawatan menjadi terbengkalai, pemupukan tidak disiplin dan kualitas menurun. Sebenarnya plasma merupakan program terbaik dalam rangka pengentasan kemiskinan perkebunan apabila petani serius mengurus kebun dan tidak menjual lahannya serta menjaga hubungan baik dengan kebun inti. (e-why)