Sistem pertanian organik yang mengandalkan bahan-bahan alami seperti penggunaan pupuk hayati, pupuk organik dan biopestisida, memegang peranan penting dan strategis bagi pertanian dan perekonomian di Indonesia. Sistem ini diyakini tidak hanya dapat mendukung produksi tanaman pertanian baik pangan, perkebunan dan hortikultura melalui swasembada input pertanian (pupuk dan benih), tetapi juga mempunyai nilai ekonomi yang bisa menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi nasional, karena bahan baku dan bahan aktifnya dihasilkan di dalam negeri.
Dalam rangka memahami lebih jauh permasalahan-permasalahan yang terkait peraturan perundang-undangan dalam upaya pengembangan dan pemanfaatan pupuk organik, pupuk hayati dan biopestisida di Indonesia, Bapak Jan Darmadi, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden mengadakan pertemuan rapat tim kajian dengan mengundang narasumber dari Kementerian Pertanian. Pertemuan dimaksud diselenggarakan pada hari Kamis, tanggal 13 Oktober 2016 bertempat di Kantor Wantimpres dengan menghadirkan narasumber Bapak Suharyanto, S.H., (Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Hukum), Dr. Ir. Antarjo Dikin, M.Sc., (Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati, Kementerian Pertanian), dan Dr. Ir. Muhrizal Sarwani, M.Sc., (Direktur Pupuk dan Pestisida, Kementerian Pertanian).
Dalam pertemuan tersebut dibahas tentang swasembada pangan yang sudah menjadi tujuan pemerintah dari tahun ke tahun, dengan menitikberatkan pada aspek swasembada yang berkelanjutan. Sistem yang ada saat ini, pertanian non-organik, dipercaya tidak dapat memenuhi aspek tersebut. Untuk produksi pangan yang berkelanjutan, Indonesia harus mendorong industri organik untuk lebih kompetitif.
Dengan melihat perkembangan penggunaan pupuk hayati, pupuk organik, dan biopestisida di Indonesia saat ini, Bapak Jan Darmadi optimis penerapan sistem pertanian organik di Indonesia akan berjalan baik dan dapat memenuhi tujuan negara kita dalam mencapai swasembada pangan yang berkelanjutan. Beliau menyampaikan pula bahwa untuk mengembangkan pertanian organik diperlukan banyak tenaga, dan negara yang lain pun belum tentu sanggup seperti Indonesia yang memiliki sumber daya alam dan manusia yang berlimpah. (DM)