Hidup di wilayah perbatasan seringkali diwarnai dengan minimnya layanan dasar, baik dalam hal jumlah maupun kualitas. Wilayah seperti ini, penting untuk diperhatikan bagaimana Pancasila dipersepsikan, termasuk oleh kalangan muda. Keterbatasan-keterbatasan wilayah terdepan ini perlu dilihat sebagai pintu masuk dalam upaya artikulasi tersebut. Dengan kondisi ini, ada tantangan besar negara untuk dapat mengartikulasikan Pancasila secara bermakna dan memberikan dampak yang membanggakan. Mereka terus berupaya mencari jalan dalam mengartikulasikan Pancasila sebagai perwujudan keadilan sosial.
Di sisi lain, kaum muda terus mencari keteladanan dan jalan bagi kontribusi mereka dalam mengamalkan Pancasila. Sosok keteladanan ini menjadi amat mendesak untuk dikembangkan bukan saja oleh para tokoh, melainkan juga birokrasi, penegak hukum, penggiat kegiatan ekonomi. Termasuk juga dalam hal ini adalah membangun keteladanan melalui upaya literasi mengenai “Indonesia yang bhineka” sebagaimana yang diekspresikan dalam sila-sila Pancasila.
Dalam rangka memperdalam pemahaman, penghayatan, dan kepercayaan akan keutamaan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila, yang kemudian diamalkan secara konsisten di segala lapis dan bidang kehidupan berbangsa dan bernegara, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Drs. H. Sidarto Danusubroto, S.H. telah menyelenggarakan pertemuan dengan tema “Membudayakan Pancasila di Kalangan Generasi Muda: Kajian di Wilayah Perbatasan Indonesia” yang diselenggarakan pada hari Senin (17/10) di Kantor Wantimpres dengan mengundang narasumber Dr. Yudi Latif, M.A., Ph.D. (Ketua Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Indonesia), Ali Munhanif, Ph.D. (Peneliti Senior PPIM UIN Jakarta) dan Abdul Moqsith Ghazali (Peneliti Senior Wahid Foundation) dengan moderator Prof. Dr. Jamhari Makruf. Turut hadir dalam pertemuan tersebut, Julie Trisnadewani, M.Ikom. (Sekretaris Anggota Dewan Pertimbangan Presiden), Drs. Kamarullah Halim (Kepala Biro Data dan Informasi) dan Anggota Tim Kajian. (DHI)