Guru Besar Ilmu Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Prof. Arief Nurrochmad mengatakan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) bersama dengan big data berpotensi mempercepat pengembangan obat baru. Pandemi Covid-19, menurut dia, telah memaksa semua pihak memikirkan kembali cara mempercepat waktu penemuan dan pengembangan obat serta vaksin sehingga metode yang baru, efektif, dan lebih murah menjadi penting. Produksi obat berbasis riset dibutuhkan untuk menjamin keberlangsungan ketersediaan obat.
Kecerdasan buatan bersama dengan big data, kata Arief, mempunyai potensi menyediakannya sumber dan metode yang mampu menganalisis data dalam jumlah besar serta dalam waktu yang relatif singkat. Arief menilai ketersediaan produk farmasi, termasuk obat-obatan baru dan inovatif di Indonesia masih terbatas, bahkan obat baru di tanah air saat ini masih didomoinasi produk impor. “Industri farmasi di Indonesia lebih banyak melakukan formulasi dan atau pengemasan obat dibandingkan memproduksi obat berbasis riset,” kata Arief.