Rusia didera serangan teroris. Ratusan warga sipil tak berdosa tewas. Serangan itu bisa membuat posisi Presiden Rusia Vladimir Putin melemah. Sedikitnya 133 orang meninggal di Crocus City Hall, dekat kota Moskwa, akibat ditembaki pelaku teror. Kelompok ekstrem Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) menyatakan sebagai pelaku tindak kekerasan ini. Setidaknya ada 11 tersangka yang telah ditangkap oleh otoritas keamanan Rusia.
Serangan tersebut tercatat sebagai yang paling mematikan setelah penyanderaan sekolah di Beslan, Rusia, 2004, yang menyebabkan 334 orang meninggal. Menurut para ahli, kelompok NIIS yang berada di balik teror di Crocus City Hall ialah NIIS-Khorasan. Wilayah operasi NIIS-Khorasan meliputi Afghanistan, Iran, Turkmenistan, dan Pakistan. Respons Presiden Rusia Vladimir Putin adalah menuding ada pihak dari Ukraina yang terlibat dalam kejadian di Crocus City Hall. Ukraina membantahnya.
Beberapa minggu sebelumnya, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Moskwa mengeluarkan peringatan mengenai ancaman serangan teroris di kota itu. Ada tuduhan bahwa peringatan yang dikeluarkan AS menunjukkan kemungkinan keterlibatan Washington dalam serangan. Namun, hal tersebut dapat pula dilihat bahwa pihak Rusia gagal mencegah serangan meski sudah diperingatkan sebelumnya. Karena itu, bukan tidak mungkin, Putin, setelah meraup suara besar dalam pemilu, menghadapi risiko penurunan popularitas gara-gara aksi terorisme di Crocus City Hall.