Kementerian Kesehatan RI mencatat hingga akhir Februari 2024 terdapat sebanyak 16.000 kasus demam berdarah dengue (DBD) di seluruh Indonesia. Dengan total sebanyak 124 kematian akibat DBD ini. “Sebaran kematiannya itu paling banyak di Jawa Tengah. Itu ada 34 orang yang meninggal, kemudian disusul Jawa Barat ada 30,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi. Hal itu dikatakan dalam perbincangan bersama Pro 3 RRI, Senin (4/3/2024). Meski demikian, kata dia, dari sisi jumlah kasusnya paling banyak adalah Jawa Barat. Menurutnya, kasus DBD di Jawa Barat itu hampir 4.800an kasus.
“Itu berdasarkan catatan kami,” ujarnya. Imran menyampaikan, kelompok usia yang rentan terjangkit penyakit DBD ini. Terutama banyak dialami kelompok anak-anak berusia 5 sampai 14 tahun. “Itu seperti tahun lalu. Kelompok usia itu paling tinggi,” ucapnya. Untuk itu, ia meminta orang tua untuk mewaspadai penyakit DBD pada anak ini. Karena risikonya lebih besar dibanding orang dewasa.
Biasanya tensi darahnya setelah terkena DBD dapat tiba-tiba langsung menurun. “Saya lihat seperti itu,” ujarnya. Diketahui, penyakit DBD ini terjadi akibat banyaknya genangan yang terbentuk dari penampungan air terbuka atau lubang-lubang. Hal ini membuat nyamuk Aedes aegypti sangat mudah berkembang biak. Menurut Imran, gejala awal penyakit DBD ini dengan mengalami panas tinggi. Karena penyakit ini disebabkan dari virus yang dibawa nyamuk Aedes aegypti dengan gejala awalnya panas tinggi. Di sisi lain, Imran menyebut kasus penyakit DBD ini banyak terdapat di wilayah perkotaan. Salah satu kota yang tertinggi mengalami penyakit DBD adalah kota Kendari dan Banjar Baru.