Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency Arief Prasetyo Adi menyebut biaya variabel produksi beras terus mengalami kenaikan. Kondisi ini membuat harga beras yang kini mengalami kenaikan sulit turun dan kembali seperti 2-3 tahun lalu, meski produksi beras meningkat setelah panen mendatang. Ia menjabarkan, variabel cost beras yang mengalami kenaikan mulai dari harga pupuk, biaya tenaga kerja harian, bahan bakar minyak (BBM), dan produksi lainnya. Kendati begitu, ia menilai hal terpenting saat ini adalah memastikan ketersediaan stok beras nasional aman.
Pemerintah saat ini sedang menyiapkan penyerapan produksi beras nasional dalam menyambut panen padi mendatang. Proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada Maret mendatang produksi beras dapat mencapai 3,51 juta ton dengan luas panen 1,15 juta hektare. “Sekarang fokus kita dalam menghadapi panen nanti adalah bagaimana tetap menjaga harga di tingkat petani agar tidak jatuh. Harga beras hari ini tentu karena NTPP (Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan) saat ini sangat baik, di angka 116,16,” ujarnya.
Menurutnya, saat produksi naik setelah panen, pemerintah akan menjaga harga di petani tidak sampai jatuh terlalu dalam. Namun di sisi lain, masyarakat bisa membeli beras dengan harga yang tetap terjangkau. “Ini merupakan tugas NFA dalam menjaga keseimbangan dari hulu sampai hilir, di mana petani senang dan semangat menanam, lalu penggiling dapat pasokan GKP (Gabah Kering Panen) serta masyarakat juga bisa membeli beras dengan harga baik,” ujarnya.