Di Harlah ke 101 NU, Gus Yahya Sebut Istighosah Penanda Tonggak Perjuangan

Rangkaian Harlah ke-101 Nahdlatul Ulama (NU) dimulai pada 28-31 Januari 2024. Harlah NU kali ini dimulai dengan istighosah yang digelar di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran, Yogyakarta, Ahad (28/1/2024) malam. Istighosah ini dipimpin oleh Katib Aam PBNU KH Ahmad Said Asrori. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf atau yang kerap disapa Gus Yahya juga turut mengisi kegiatan tersebut.

Dalam sambutannya, Gus Yahya mengatakan bahwa istighosah merupakan penanda tonggak perjuangan NU dalam mewujudkan kemaslahatan untuk semesta. “Kita jadikan ini sebagai penanda saja untuk hari lahir NU ke-101 ini. Sesudah ini kita akan terus beristighosah dengan cara apapun yang mungkin demi maslahat NU, demi maslahat Islam, demi maslahat negara bangsa Republik Indonesia, demi maslahat kemanusiaan seluruhnya,” kata Gus Yahya. Disebutkan bahwa usia 101 tahun bukan merupakan waktu yang singkat. Meski begitu, Gus Yahya menilai bahwa 101 tahun perjuangan NU sebetulnya belum apa-apa. Sebab, katanya, perjuangan ini diniatkan untuk dilakukan selama-lamanya. “Karena maksud dan ghirah dari para muassis Nahdlatul Ulama, para pemimpin Nahdlatul Ulama adalah perjuangan dengan Nahdlatul Ulama ini selama-lamanya ila yaumil qiyamah (sampai hari kiamat),” ucap Gus Yahya.

Ia menegaskan, organisasi NU didirikan untuk niat dan harapan-harapan akhirat. Untuk itu, organisasi ini harus dijalankan dengan cara mengupayakan pelaksanaan dari tuntunan-tuntunan agama Allah. Dikatakan bahwa NU memiliki struktur kepengurusan yang disebut syuriyah yang terdiri dari para kiai ahli syariah. Syuriyah tersebut secara khusus bertugas untuk membuat keputusan-keputusan berdasarkan syariat. Wewenang dari kepemimpinan Nahdlatul Ulama, kata dia, pada dasarnya merupakan wewenang hukumah. Artinya, NU sebagai jamiyah menjalankan fungsi imamah dengan wewenang sebagaimana wewenang imam.

Search