Peneliti Center of Food, Energy and Sustainable Development Indef Dhenny Yuartha menilai sektor teknologi untuk transisi menuju Energi Baru Terbarukan (EBT) mempunyai potensi untuk memicu greenflation atau inflasi hijau di Indonesia. Hal itu karena salah satu upaya untuk beralih menuju EBT adalah dengan mengaplikasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Namun, banyak komponen dari PLTS masih berasal dari luar negeri.
Tak hanya PLTS, pemanfaatan teknologi lainnya yang berkaitan dengan transisi EBT di Indonesia masih mengandalkan komponen impor. Ini akan berimbas pada inflasi mengingat Indonesia masih mengenakan tarif impor yang cukup tinggi untuk barang atau teknologi ramah lingkungan.
Dhenny menilai, inflasi hijau di Indonesia saat ini belum menjadi isu yang perlu dikhawatirkan mengingat penetapan target transisi energi Indonesia yang masih belum maksimal. “Tapi kalau kita lihat targetnya (transisi energi RI) sebenarnya nggak terlalu ambisius ya. Target renewable energy-nya. Jadi greenflation sebenernya belum jadi isu untuk kasus di Indonesia,” jelasnya.