Bencana hidrometeorologi masih menjadi ancaman dengan dampak banjir disejumlah wilayah di Indonesia. Sehubungan dengan itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menggelar rekayasa cuaca atau teknologi modifikasi cuaca (TMC). Perekayasa Ahli Utama BMKG, Tri Handoko menjelaskan, TMC untuk mengurangi curah hujan sehingga tidak terjadi banjir. Rekayasa cuaca digelar atas permintaan dari pemerintah daerah, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten.
“Sudah ada dampaknya terhadap pengurangan curah hujan besar walau ada banjir, eskalasi tidak besar,” kata Tri Handoko dalam perbincangan dengan Pro3 RRI, Senin (8/1/2024). Ia menjelaskan, pihaknya tidak serta merta menggelar operasi rekayasa cuaca jika tidak ada permintaan dari daerah. Prosedurnya, daerah mengajukan permohonan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kemudian ditetapkan status bencana.
TMC digelar sejak 3 Januari 2024 dan akan berlangsung hingga 10 Januari mendatang, dengan pembiayaan oleh BNPB. TMC dengan menaburkan garam yang telah diolah sedemikian rupa oleh BMKG, sehingga dapat mengurangi curah hujan. “Kita gunakan garam proses khusus sangat halus dan kering. Sehingga mampu mempercepat hujan agar awan sebelum masuk didaratan, hujan dulu di lautan,” ujarnya. Pihak yang terlibat dalam modifikasi cuaca, selain BMKG adalah BNPB dan TNI Angkatan Udara. Penaburan garam akan kembali dilakukan dengan menggunakan dua pesawat.