Dua ledakan mengguncang Iran, Rabu waktu setempat. Hal ini terjadi saat upacara peringatan kematian Jenderal Qassem Solemaini, yang terbunuh 2020 lalu karena serangan drone Amerika Serikat (AS) saat Donald Trump menjadi presiden. Setidaknya dalam update terbaru Kamis (4/1/2024), 103 orang tewas sementara 211 luka-luka. Ledakan pertama dan kedua berjarak 20 menit di lokasi yang hampir sama, di mana warga ramai berkumpul, di kota Kerman, tenggara Iran, tempat Soleimani dimakamkan.
Sejauh ini belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut. Namun peristiwa terjadi sehari setelah drone Israel menyerang Beirut, Lebanon, membuat salah satu petinggi Hamas Saleh Al Arouri tewas, dan dikhawatirkan meningkatkan eskalasi perang seiring kemarahan Lebanon, Hizbullah dan Iran. Presiden Iran Ebrahim Raisi mengutuk peristiwa itu sebagai “kejahatan keji dan tidak manusiawi”. Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Khamenei bersumpah akan membalas dendam atas dua pemboman berdarah tersebut. Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka akan menggunakan semua cara internasional untuk mengidentifikasi dan mengadili mereka yang terlibat dalam serangan. Ini pun termasuk para pendukungnya.
Beberapa negara, termasuk Rusia dan Turki, mengutuk serangan tersebut. Sekretaris Jenderal PBB menyerukan agar mereka yang bertanggung jawab dimintai pertanggungjawaban. Ini menjadikannya serangan paling mematikan dalam sejarah Republik Islam itu. Di masa lalu, Iran menyalahkan Israel atas serangan terhadap individu atau tempat perbatasannya, meski klaim tersebut tidak dikonfirmasi atau disangkal oleh Israel. AS sendiri cepat berkomentar atas insiden ini. Paman Sam, sekutu Israel, mengatakan tidak ada indikasi bahwa Israel berada di balik ledakan tersebut.