Erupsi Gunung Marapi Diduga karena Akumulasi Gas Setahun

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengungkapkan, sifat erupsi Gunung Marapi di Sumatera Barat sulit untuk dideteksi. Meskipun, peralatan pemantauan gunung api sudah relatif lengkap, gejala letusannya sulit diprediksi. Dengan tingkat kesulitan tersebut, PVMBG telah menetapkan Gunung Marapi berada di Level II sejak tahun 2011. Adapun dugaan sementara erupsi yang terjadi 3 Desember 2023 adalah akibat akumulasi gas yang terkumpul selama bertahun-tahun​

Hendra mengakui, sempat terjadi gangguan pemantauan aktivitas Gunung Marapi. Hal itu terjadi karena salah satu alat monitoring atau pemantau kerap dicuri Meskipun demikian, Hendra memastikan saat terjadinya letusan kemarin, alat pemantauan dalam keadaan lengkap dan berfungsi dengan baik. “Semua peralatan lengkap dan berfungsi saat gunung meletus secara tiba-tiba pada 3 Desember 2023,” ujarnya Dengan peralatan yang lengkap, kata Hendra, data aktivitas gunung yang terpantau tetap minim. Misalnya, gunung tersebut jarang menghasilkan gempa vulkanik yang biasanya menjadi penanda erupsi pada umumnya gunung api. Hasil dugaan sementara, Erupsi yang terjadi 3 Desember 2023, diduga akibat akumulasi gas yang terkumpul selama bertahun-tahun.

“Dugaan kami sementara, faktor erupsi kemarin itu mungkin ada akumulasi gas secara perlahan, sulit diprediksi karena kecil,” ucap Hendra. Hingga Senin (4/12/2023), erupsi Gunung Marapi masih terjadi. Tinggi kolom abu teramati kurang lebih 800 meter di atas puncak gunung, . “Dari 75 Pendaki gunung, sebanyak 49 orang berhasil dievakuasi dengan kondisi selamat. Sementara 11 pendaki diketahui meninggal dunia, dan 15 pendaki masih dilakukan pencarian,” ujar Hendra

Search