Presiden Joko Widodo meminta Presiden Joe Biden untuk lebih berusaha menghentikan kekejaman terhadap warga Palestina di Gaza dalam pertemuan di Gedung Putih, Senin (13/11). Jokowi berada di Washington untuk meningkatkan hubungan diplomatik kedua negara menjadi “kemitraan strategis komprehensif,” yang merupakan tingkatan tertinggi dalam peringkat diplomatik negara tersebut. Indonesia berharap kemitraan ini akan “berkontribusi pada perdamaian dan kemakmuran regional dan global,” ujar Jokowi sebelum pertemuannya dengan Biden di Oval Office, kantor presiden AS. “Indonesia meminta Amerika untuk lebih berusaha menghentikan kekejaman di Gaza,” ujar Jokowi. “Gencatan senjata adalah keharusan demi kemanusiaan.”
Kedua pemimpin itu memiliki pandangan yang berbeda terkait konflik Israel dan kelompok Hamas. Biden sendiri berada dalam posisi yang mendukung Israel, sementara di lain sisi Jokowi justru menyerukan segera dilakukannya gencatan senjata di Gaza. Indonesia juga mendukung langkah komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam mengumpulkan bukti kejahatan perang yang diduga dilakukan oleh kedua belah pihak sejak serangan Hamas terhadap Israel meletus pada 7 Oktober.
Meskipun terdapat perbedaan pandangan mengenai seruan segera untuk gencatan senjata antara kedua pemimpin tersebut, Washington sedang mencari titik temu dengan Jakarta lebih lanjut. AS sendiri berpandangan bahwa gencatan senjata pada saat ini hanya akan menguntungkan pihak Hamas.bIndonesia bukanlah aktor regional seperti Mesir, Yordania atau Qatar yang memiliki peran penting dalam tujuan jangka pendek pemerintah, seperti menjamin pembebasan sandera dan membangun koridor kemanusiaan ke Gaza. Namun, sebagai negara mayoritas Muslim terbesar di dunia, suara Jakarta mempunyai pengaruh dalam rencana jangka menengah dan panjang pemerintah untuk menyelesaikan konflik dan mengupayakan jalan menuju perdamaian.