Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso mengatakan bahwa pemerintah berencana akan mengimpor 1 juta ton beras dari China pada tahun 2024. Rencana impor ini menjadi langkah untuk mengantisipasi dampak kekeringan yang diperkirakan masih berlangsung. Rencana ini diinisiasikan dengan dalih bahwa China merupakan negara yang dianggap paling siap untuk menjual berasnya ke Indonesia. Kebutuhan 1 juta ton beras ini telah disiapkan oleh China, sehingga Indonesia tidak perlu lagi membeli beras dari Vietnam, Thailand, atau negara lain seperti Pakistan tukas Budi Waseso.
Menurut Budi Waseso, impor 1 juta ton beras masih diperlukan untuk mengantisipasi dampak kekeringan yang berpotensi mengganggu produksi padi petani. Namun ditengah kebijakan proteksionisme yang ada, apakah China bersedia menjual berasnya ke Indonesia? Menurut pengamat pertanian Institut Pertanian Bogor, Hermanto Siregar, kalaupun kesepakatan itu ada, belum tentu akan dieksekusi secara penuh. Kondisi demografis di China menunjukkan adanya pengurangan mengingat adanya kebijakan satu anak. Sementara itu, produksi berasnya tinggi. Perlu juga diperhatikan faktor iklim yang memengaruhi keputusan dari China untuk mengekspor beras ke Indonesa.
Sementara itu, peneliti dari Center of Reform on Economics, Eliza Mardian mengatakan bahwa produktivitas beras di China meningkat lebih dari 1,2%. Berdasarkan kondisi tersebut, China siap untuk mengekspor berasnya ke beberapa negara. Kondisi produksi beras di China sendiri diprediksi meningkat karena ada kenaikan produktivitas padi meskipun lahan tanamnya berkurang. Eliza menilai bahwa China melakukan kebijakan cepat tanggap ini sebagai antisipasi dampak dari El Nino. Selain itu juga, konsumsi beras di China tidak sebesar Indonesia karena kebijakan diversifikasi pangan yang diberlakukan. Namun, secara keseluruhan, kecil kemungkinan bagi China untuk mengekspor beras ke Indonesia mengingat China bukan negara eksportir beras. Masih belum ada kejelasan kabar dari pemerintah untuk mengimpor beras dari China.
