Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eddy Hermawan menyarankan petani untuk mengganti tanaman padi yang biasa ditanam. Di mana menjadi padi gogo, jagung, dan kedelai (pajale) sebagai bentuk antisipasi menghadapi dampak El Nino. Eddy menuturkan tanaman pajale cukup kuat terhadap kondisi kering akibat berkurangnya pasokan air. BRIN juga mengkaji penanaman padi pada tanah gambut agar mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
Namun, opsi itu masih harus diperhitungkan dari berbagai aspek. Dia memprediksi kondisi El Nino yang memicu kemarau panjang selama hampir setahun bakal meningkatkan kuota impor pangan Indonesia. Dia mengungkap hanya ada tiga fenomena yang dapat menghentikan dampak El Nino. Yaitu Monsun Asia, Indian Ocean Dipole (IOD), dan Madden–Julian Oscillation (MJO) di Samudera Hindia.
Bila pembentukan ketiga fenomena itu berbeda dari segi waktu, maka El Nino akan tetap eksis dan memperparah kekeringan di banyak daerah. Lebih lanjut Eddy menyarankan pemerintah untuk memperhatikan dan mewaspadai kawasan-kawasan sentral pangan yang bertipe curah hujan monsunal dari mulai Jakarta, Semarang, Pekalongan, Pemalang, hingga Surabaya. Selain itu, waduk-waduk yang menjadi tempat penampungan air juga harus dipantau karena beberapa bendungan sudah menurun debit airnya. Seperti di Bendungan Katulampa yang berada di Kota Bogor, Jawa Barat; dan beberapa bendungan lainnya di Jawa Tengah.