Proyek Garuda, inisiatif Bank Indonesia (BI) untuk pengembangan Rupiah Digital, telah menarik perhatian banyak pihak sejak diumumkan. Bank Indonesia pun telah mengundang masukan atau pandangan kepada seluruh stakeholder terkait terhadap Consultative Paper (CP) untuk menyempurnakan desain pengembangan Rupiah Digital. Dalam Consultative Paper juga membahas dampak dari penerbitan Rupiah Digital pada sistem pembayaran, stabilitas keuangan dan moneter. Partisipasi aktif pelaku industri dalam pengembangan Rupiah Digital adalah kesempatan berharga untuk mengakselerasi perkembangan ekosistem blockchain di Indonesia. Di samping itu, utamanya penerbitan Rupiah Digital akan memberikan banyak manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat karena menciptakan inklusivitas dalam sektor keuangan.
Dalam memperkenalkan Rupiah Digital, perlu perhatian khusus pada risiko yang mungkin muncul selama proses penarikan dan pemusnahan. Bagaimana memastikan stabilitas keuangan tetap terjaga dan risiko yang dapat dihindari? Salah satu solusi yang bisa dipertimbangkan oleh Bank Indonesia adalah menerapkan fitur desain yang desain khusus, seperti batas maksimum kepemilikan individu atas Central Bank Digital Currency (CBDC) dan remunerasi berjenjang, sebagai alat untuk melindungi stabilitas keuangan.
“Dengan adanya batas maksimum kepemilikan atas CBDC oleh individu, BI dapat menghindari akumulasi yang berlebihan oleh sejumlah pihak, yang dapat menyebabkan potensi kepanikan dan penarikan dana yang masif. Selain itu, sistem remunerasi berjenjang dapat memberikan insentif bagi pemegang CBDC untuk menjaga stabilitas dan mengurangi potensi penarikan secara besar-besaran yang dapat mengganggu sistem keuangan secara keseluruhan. Melalui pendekatan ini, BI berupaya untuk menciptakan lingkungan yang aman dan stabil bagi penggunaan CBDC, serta mengurangi risiko yang mungkin timbul dalam perekonomian,” kata Co-CEO D3 Labs Tigran Adiwirya.