Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Sleman, Etik Setyaningrum mengatakan puncak musim kemarau diprediksi terjadi pada Agustus 2023 mendatang. Namun ia mengingatkan bahwa puncak musim kemarau kali ini akan dibarengi dengan fenomena El Nino. Etik mengatakan kondisi tersebut membuat musim kemarau kali ini lebih kering dibandingkan tahun lalu. Sedangkan pada tahun 2022 lalu yang terjadi adalah musim kemarau basah.
Etik mengatakan wilayah di Sleman yang berpotensi terjadi kekeringan adalah wilayah Prambanan, Peringatan dini kekeringan yang dikeluarkan BMKG yaitu kekeringan meteorologis, artinya kekeringan yang berdasarkan curah hujan jauh di bawah normal. “Jadi kekeringan yang berdasarkan curah hujan aja yang jauh di bawah normalnya, jadi bukan kekeringan yang dari tanah, jadi dari atas curah hujan aja, Jadi sebatas itu,” kata Etik.
Selain itu Etik juga menjelaskan bahwa level peringatan yang dikeluarkan BMKG di suatu daerah dilakukan berdasarkan curah hujan per dasarian. Level Waspada misalnya yang curah hujanya lebih dari 21 hari dengan curah hujan kurang dari 20 mm/dasarian. Kemudian level Siaga yakni hari tanpa hujan lebih dari 31 hari dengan curah hujan kurang dari 20 mm/dasarian. Lalu level Awas yakni ketika hari tanpa hujan lebih dari 61 hari dengan curah hujan kurang dari 20 mm/dasarian.