Deputi III Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Edy Priyono mengatakan, impor jagung secara terbatas dapat menjadi opsi untuk mengendalikan harga telur ayam yang melonjak dalam beberapa waktu terakhir. Ini karena meningkatnya biaya pakan ternak. Namun, untuk keputusan final mengenai pemberlakuan impor atau tidak, Edy mengatakan, kementerian/lembaga teknis terkait yang akan melakukan pengkajian. Edy mengakui kenaikan harga telur ayam ras dalam beberapa waktu terakhir menjadi perhatian pemerintah. Tidak hanya telur ayam ras, beberapa bahan pangan juga menunjukkan harga yang tinggi dibanding harga acuan pemerintah (HEP) seperti beras medium, daging ayam, jagung di tingkat peternak, bawang putih, dan gula pasir.
Selain itu, kata Edy, beberapa peternak juga memutuskan untuk mengurangi jumlah ayam, sehingga pasokan telur di pasar berkurang. Kombinasi antara kenaikan biaya yang dipicu oleh tingginya harga jagung dan berkurangnya populasi ayam itu, ujar Edy, yang menyebabkan harga telur di pasar tinggi saat ini.
Menurut situs Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga telur ayam di tingkat pengecer mencapai Rp 30.700 per kilogram. Harga telur ayam terus merangkak naik sejak Februari 2023 dari kisaran Rp 28 ribu per kilogram. Bahkan jika dibandingkan Mei 2022, harga telur ayam saat itu hanya sebesar Rp 26 ribu per kilogram. Di Indonesia, harga telur ayam ras tertinggi berada di Papua yang sebesar Rp 37.050 per kilogram. Menurut peta harga di Panel Harga Bapanas, di sebagian besar provinsi di seluruh Indonesia, harga telur ayam ras mencapai lebih dari 20 persen dibanding Harga Eceran Tertinggi atau Harga Acuan Pemerintah.