Kebijakan Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi mengaspal trotoar di Simpang Santa, Jakarta Selatan, dikecam oleh komunitas pesepeda Bike to Work dan Koalisi Pejalan Kaki. Ketua Umum Bike To Work Indonesia Fahmi Saimima mengatakan saat ini pengembangan jalur sepeda di Jakarta adalah yang paling progresif di dunia. Seharusnya jalur khusus pesepeda itu dipertahankan bahkan diperluas secara masif di seluruh wilayah kota.
Namun sangat disayangkan, kata Fahmi, jalan panjang menjadikan DKI Jakarta sebagai kota laik huni, accessable, dan rendah emisi itu hancur dalam satu malam. Kebijakan Heru Budi Hartono menata Simpang Santa, tepatnya di Jalan Wolter Monginsidi-Jalan Suryo-Jalan Wijaya, Jakarta Selatan, berimbas pada hilangnya jalur sepeda dan trotoar pejalan kaki. Kritik serupa juga dilontarkan Ketua Koalisi Pejalan Kaki Alfres Sitorus, yang mengatakan penghancuran trotoar menjadi jalan raya jelas merupakan sebuah kemunduran.
Sebelumnya, aktivis lingkungan dan energy Greenpeace Bondan Andriyanu menyebut penghilangan jalur sepeda dan fasilitas pejalan kaki di Simpang Santa bertentangan dengan amanat putusan PN Jakarta Pusat yang mengabulkan gugatan warga atas pencemaran udara Jakarta. Menurut Deliani Siregar dari Institute for Transportation and Development Policy (ITDP), penambahan jalan untuk kendaraan bermotor tidak pernah menjadi solusi untuk mengatasi kemacetan. Penambahan jalan, misalnya dengan mengubah trotoar menjadi jalan, justru semakin mengundang kendaraan bermotor pribadi untuk menggunakan jalan dan bagian dari siklus ketergantungan penggunaan kendaraan bermotor pribadi di kota.