Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan, masih tingginya harga beras di pasaran disebabkan produksi beras selama enam bulan terakhir di bawah kebutuhan setiap bulannya. Adapun berdasarkan data, kebutuhan bulanan akan beras mencapai 2,53 juta ton. Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, Senin (3/4/2023) menyampaikan adanya koreksi terhadap produksi beras yang ditargetkan mencapai 3,68 juta ton pada bulan Februari 2023. Menurut dia, berdasarkan pengamatan terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras pada periode tersebut terkoreksi hingga 820 ribu ton, atau produksi hanya mencapai 2,86 juta ton.
Dengan kondisi produksi seperti itu, artinya pada periode tersebut produksi beras nasional hanya surplus sebanyak 320 ribu ton. Hal ini juga mengoreksi perkiraan produksi beras pada periode Januari-April 2023 mendatang dari semula 13,79 juta ton menjadi 13,37 juta ton saja. Sedangkan untuk kebutuhan konsumsi beras pada periode tersebut mencapai 10,15 juta ton. Itu artinya produksi beras di periode tersebut hanya surplus 3,2 juta ton, atau hanya setara dengan kebutuhan konsumsi beras satu bulan lamanya.
Lebih lanjut ia pun mengingatkan adanya kemungkinan produksi beras mengalami minus hingga 430 ribu ton di bulan Mei 2023. Mengingat dalam proyeksi produksi beras di periode tersebut hanya sekitar 2,11 juta ton saja. “Jadi kalau Ketua tadi sampaikan stok melimpah, kalau melimpah itu mungkin stoknya 6 juta ton, lebihannya dari produksi setiap tahun versus konsumsi, ketua. Tapi kalau dari sini terlihat dan Ketua juga mohon bisa melihat yang bulan Mei, bulan Mei itu proyeksinya akan minus 430 ribu ton, begitu Ketua,” ucap Arief.