Rifqi Isnanda, akademisi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), menyoroti keputusan pemerintah yang batal memberikan subsidi terhadap mobil elektrifikasi jenis hybrid di Indonesia. Ia berpendapat mobil hybrid dalam penggunaannya juga dapat membantu menekan emisi sehingga berdampak baik buat lingkungan. Rifqi juga menilai pabrikan mobil hybrid saat ini turut membantu menjaga iklim investasi dalam negeri.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang sebelumnya mengatakan subsidi hanya berlaku untuk kategori mobil listrik. Pernyataan Agus itu berbeda dari pengumuman yang ia sampaikan pada Desember 2022. Tahun lalu Agus menyebutkan mobil hybrid menjadi salah satu jenis kendaraan yang bakal mendapat subsidi. Ia menerangkan subsidi untuk mobil hybrid sebesar Rp40 juta, sementara mobil listrik berbasis baterai Rp80 juta. Namun saat pemerintah mengumumkan subsidi kendaraan listrik pada Senin (6/3), dinyatakan hanya ada dua mobil listrik yang mendapat subsidi, yakni Hyundai Ioniq 5 dan Wuling Air EV. Keduanya memenuhi syarat Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) minimal 40 persen.
Rifqi yang menjabat sebagai Ketua IKA ITS ini melanjutkan perusahaan yang memproduksi mobil hybrid di Indonesia bukan tidak mau beralih ke mobil listrik, namun mereka ingin melakukannya secara bertahap atau tidak secara langsung. Sebab, ia mengatakan ada investasi yang wajib dijaga oleh para pabrikan sebelum dapat beralih secara penuh dari produsen mobil konvensional ke mobil listrik berbasis baterai. Ia mengusulkan agar pemerintah juga memberi subsidi kepada mobil hybrid meski secara persentase nilai bantuan akan berbeda dari mobil listrik.