Peneliti BRIN: PLTSa Bantargebang Masih Belum Optimal

Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur (OREM) BRIN, Haznan Abimanyu, menilai kinerja pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) di Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, sudah berhasil, tapi belum optimal. Menurut dia, PLTSa tersebut masih berada di skala pilot plant skala kecil. Perlu langkah lanjutan untuk mengoptimalkan PLTSa yang diresmikan pada 2019 itu.

Dia mengatakan, sampah yang tercampur dengan sampah organik yang basah sangat sulit untuk dibakar dan menghasilkan listrik. Sampah organik seperti itu dapat dijadikan makanan maggot dan maggot bisa dimanfaatkan untuk makanan ayam dan lele. Menurut dia, PLTSa Bantargebang dapat diterapkan di setiap kota yang menerapkan strategi pilah sampah. Tanpa itu, PLTSa di mana pun di Indonesia sangat sulit dikembangkan secara ekonomis.

PLTSa di Bantargebang dibangun sejak 2018 dan selesai pada 2019. Pada 2019 dilakukan commissioning dan diresmikan oleh Menko Maritim, Luhut B Panjaitan. Selanjutnya, pada 2020 sampai dengan 2022 PLTSa dioperasikan oleh Pemprov DKI Jakarta dengan didampingi oleh BRIN. PLTSa Merah Putih merupakan PLTSa pertama di Indonesia yang beroperasi secara kontinyu. PLTSa tersebut didesain, dikonstruksi, dan dioperasikan oleh putra putri Indonesia.

Search