Asisten Deputi Pangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Muhammad Saifulloh menganggap Bulog gagal menjaga stabilisasi pangan. Sebab, cadangan beras pemerintah (CBP) yang ada di Bulog terus menipis. Bahkan bulan ini, stok CBP ini di bawah 1 juta ton. Berbarengan dengan tirisnya stok, harga beras di tingkat konsumen pun naik 4,2 persen.
Menurut Saifulloh Bulog selama ini tidak berhubungan langsung dengan petani, penggilingan, hingga entitas-entitas yang berkaitan. Menurutnya, Bulog lebih banyak mempercayakan tugas tersebut kepada mitranya. Dampaknya, arahan kebijakan pemerintah di lapangan menjadi bias. Sebab, informasi yang beredar dari hulu sampai hilir tidak langsung disampaikan Bulog kepada pihak pembeli gabah maupun beras. Karena itu, menurut dia, ada simpul masalah yang mesti diurai.
Dalam kondisi saat ini, diperkirakan target stok beras sebesar 1,2 juta ton pada Desember 2022 tidak akan bisa tercapai. Bahkan, Badan Pangan Nasional (Bapanas) memprediksi stok beras di Bulog pada akhir tahun di bawah 500 ribu ton. Pembelian beras petani di tengah musim paceklik membutuhkan usaha yang besar. Selain karena produksi gabah yang turun, harganya pun kini tinggi. Namun permasalahannya Bulog yang terikat dengan ketentuan harga pembelian di tingkat petani harus bersaing ketat dengan swasta untuk menyerap beras petani.