Penggunaan gas air mata dalam tragedi Kanjuruhan menuai sorotan. Penggunaan gas air mata dilarang oleh Federasi Sepakbola Internasional (FIFA). Gas air mata punya kemampuan melumpuhkan manusia. Dampaknya bagi tubuh mulai dari sesak sampai pembengkakan.
Namun, Polri berkeras penyebab kematian dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur (Jatim) bukan karena ‘serangan’ gas air mata. Kepala Divisi (Kadiv) Humas Polri Inspektur Jenderal (Irjen) Dedi Prasetyo menegaskan, tak ada jurnal ilmiah maupun hasil dari kesimpulan para pakar persenjataan, maupun zat kimia yang menyimpulkan penggunaan gas air mata menimbulkan hilang nyawa.
Dikonfirmasi terkait hal ini, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menegaskan penggunaan gas air mata memang tidak boleh digunakan di stadion, sebagaimana aturan FIFA. Ia pun menduga karena adanya tembakan gas air mata membuat penonton di tribun Stadion Kanjuruhan panik dan mencari jalan keluar hingga berdesak-desakan.
Namun, Muhadjir tetap menyerahkan kasus ini kepada Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) untuk mendalami tragedi sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur itu. “Tim gabungan independen yang mencari fakta, yang akan menetapkan apakah itu meninggal karena gas air mata atau bukan,”tegas dia.