Sektor pariwisata terutama hotel dan restoran yang belum sepenuhnya pulih akibat pandemi Covid-19, berpotensi menghadapi tantangan baru akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi dan nonsubsidi. Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengungkapkan kenaikan harga BBM dan pangan, berpotensi membuat pengusaha sektor perhotelan dan restoran bersiap melakukan efisiensi.
Berbeda dengan restoran yang terdampak secara langsung, hotel akan terkena dampak tidak langsung dari harga BBM yang melonjak hingga lebih dari 30 persen tersebut. Menurutnya, para pengusaha hotel berpotensi mengeluarkan ongkos operasional yang lebih besar dari sebelum harga BBM subsidi naik. Hal itu disebabkan karena biaya pengangkutan perlengkapan hotel dipastikan ikut naik.
Maulana mengatakan, kendati secara okupansi membaik, namun kondisi keuangan pengusaha perhotelan masih belum membaik. Dengan demikian, lanjutnya, dengan adanya kenaikan harga BBM dikhawatirkan akan menahan daya beli masyarakat, mengingat pariwisata menjadi kebutuhan sekunder, yang baru dilakukan setelah kebutuhan primer terpenuhi.