Karyawan yang produktif akan mengerjakan tanggung jawab mereka dalam waktu lebih singkat sehingga mengurangi biaya operasional perusahaan dan meningkatkan profit. Dengan demikian, penting bagi pengusaha untuk selalu memastikan kesehatan para karyawannya baik fisik maupun mental. Di satu sisi, bekerja dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit yang dapat mengganggu pekerjaan. Survei yang dilakukan oleh The Finery Report menyebutkan, 83 persen responden menganggap kerja lembur adalah hal yang normal. Tak kurang dari 69 persen juga mengaku, bekerja di akhir pekan merupakan aktivitas yang rutin dijalani. Bahkan, 60 persen di antaranya merasa bersalah jika tidak menambah jam kerja di luar jam kantor. Budaya kerja ekstrem (hustle culture) semakin marak akibat pandemi covid-19. Bekerja dari rumah membuat karyawan sulit membagi waktu antara pekerjaan dan urusan pribadi.
Dilansir dari Medscape, gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah suatu kondisi di mana refluks isi lambung ke kerongkongan menyebabkan gejala yang mengganggu seperti mulas dan regurgitasi dan/atau komplikasi lain, termasuk refluks esofagitis seperti batuk dan suara serak.
Sementara itu, dikutip dari Science Direct, dispepsia didefinisikan sebagai rasa sakit atau ketidaknyamanan perut yang terus-menerus atau berulang yang berpusat di perut bagian atas. Beberapa penelitian di dunia menunjukkan bahwa dispepsia dan Gerd menurunkan produktivitas kerja dan kehidupan sehari-hari. Gerd menyumbang beban yang signifikan pada pasien perawatan primer, dalam hal ketidakhadiran kerja dan penurunan produktivitas baik saat bekerja (presenteeism) maupun dalam kehidupan sehari-hari.