Waspada, Lonjakan Kemiskinan Mengintai dari Balik Kenaikan Harga di RI

Direktur Eksekutif Core Indonesia Muhammad Faisal memprediksi inflasi RI bakal melonjak di level 5 persen, jauh lebih tinggi dari prediksi pemerintah. Lonjakan tersebut ia proyeksi terjadi jika pemerintah jadi menaikkan harga bensin Pertalite dan gas LPG 3 kg. Jika hal ini terjadi maka inflasi akan lebih tinggi dibandingkan asumsi makro APBN tahun ini yang mematok target inflasi di kisaran 3 persen plus minus 1 persen. Faisal mewanti-wanti soal dampak domino yang bisa menimpa Indonesia jika inflasi tak terkendali di saat daya beli belum pulih. Peringatan dampak itu terutama untuk kalangan menengah ke bawah.

Ekonom Indef Eko Listiyanto menyebut inflasi kian terasa di tengah jelang lebaran. Maklum, pada masa ini siklus tahunan; harga barang naik selalu terjadi. Tapi bedanya, tahun ini diperparah oleh isu geopolitik dan pemulihan ekonomi dari pandemi. Menurutnya, kenaikan barang pokok dan PPN secara serentak akan berkontribusi pada kenaikan inflasi. Selain itu, Eko mengatakan inflasi bisa jadi tak serta turun usai Lebaran seperti yang terjadi pada momen pasca Idulfitri sebelumnya. Terutama, jika pemerintah benar menaikkan harga Pertalite, listrik, dan LPG.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara memproyeksikan kenaikan harga pangan akan berlanjut hingga akhir Lebaran karena disrupsi rantai pasok dan naiknya biaya produksi seperti harga pupuk. Terhadap hal ini, kelompok 40 persen terbawah atau rentan lah yang akan paling merasakan dampaknya. Selain potensi naiknya jumlah orang miskin, apabila kenaikan harga energi tidak ditahan maka hal ini dapat berdampak pada adanya PHK massal, karena adanya efisensi yang akan dilakukan oleh industri.

Search