Mental Muhammadiyah untuk Bangsa

Memimpin adalah menderita. Dua kata utama memimpin dan menderita dulu pada zaman perjuangan menuju revolusi kemerdekaan bangsa menyatu padu. Siapa pun yang bersedia memimpin harus siap menderita. Makna dari memimpin adalah menderita masih mudah dijumpai dalam kepemimpinan organisasi sosial dan keagamaan. Tipologi kepemimpinan semacam ini masih ada. Sebut saja, pejuang-pejuang kemanusiaan di organisasi sosial keagamaan seperti Muhammadiyah. Sekalipun tanpa sorotan kamera atau liputan media massa, mereka tetap mau memimpin sekaligus menderita dengan membangun ruang didik, merekrut, atau menjadi pendidik dan menunjukkan aksi-aksi kemanusiaan dengan disertai cucuran keringat, bahkan air mata.

Selaraskan ungkapan Bung Karno dalam konteks ini, sesuai dengan pesan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menekankan bahwa angkatan muda Muhammadiyah harus menjadi pionir dan unggulan dalam memajukan persyarikatan ini dan bangsa. Syaratnya, mereka harus mempunyai pergaulan luas, tetap menjaga muruah diri, memahami roh ajaran Islam dan karakter Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah yang mencerahkan, yang memberi ruang pada ijtihad, tajdid, dan visi Islam yang reformis dan modern. Haram bagi angkatan muda Muhammadiyah bersikap konservatif, apalagi fanatik, yang langkah-langkahnya tidak mencerminkan kemajuan.

Search