Upaya penanggulangan pemanasan global tidak terlepas dari kontroversi. Sejumlah investor di Amerika Serikat (AS) menggelontorkan jutaan dolar AS pada teknologi yang dampaknya terhadap bumi belum sepenuhnya diketahui. Tercatat lebih dari 50 perusahaan finansial, individu kaya, dan lembaga pemerintah telah menggelontorkan lebih dari 115,8 juta dolar AS ke sembilan perusahaan rintisan yang mengembangkan teknologi pembatasan sinar matahari.
Para investor ini kerap mengabaikan peringatan ilmuwan yang menilai investasi tersebut berisiko bagi bumi dan hanya memperkaya sebagian kecil orang. Hal ini karena, teknologi tersebut berpotensi merusak pola cuaca, pasokan pangan, dan politik global. Menurut para ilmuwan, rekayasa sinar matahari justru dapat meningkatkan panas bumi apabila teknologi tersebut gagal atau tiba-tiba dihentikan.
Meski pendanaan ke perusahaan rekayasa iklim melonjak tajam, angkanya masih jauh lebih kecil dibandingkan miliaran dolar AS yang dikucurkan untuk teknologi kecerdasan artifisial (artificial intelligence/AI). Berdasarkan data PitchBook, perusahaan pengembang ChatGPT, OpenAI, telah mengumpulkan 62,5 miliar dolar AS sepanjang 2025 saja. Masih relatif kecilnya investasi ke perusahaan rintisan rekayasa iklim sebagian besar disebabkan masih belum adanya mekanisme pengaturan teknologi tersebut. Kondisi ini membuat sektor rekayasa iklim masih dianggap terlalu spekulatif bagi sebagian besar investor.