Kelaparan yang melanda Gaza bukanlah sekadar akibat peperangan. Ia adalah hasil dari kelumpuhan moral dunia, kebuntuan diplomasi, dan kegagalan kemanusiaan. Lebih dari sekadar angka korban, yang membengkak hari demi hari, ada wajah-wajah anak-anak yang menipis kelaparan, ibu-ibu yang memasak dengan air mata, dan keluarga-keluarga yang berharap kepada langit kosong untuk pertolongan.
Pertanyaan besar yang harus diajukan adalah: Siapa yang bertanggung jawab atas penderitaan ini? Apakah hanya pihak-pihak yang menekan tombol senjata dan menjatuhkan bom? Ataukah juga dunia yang memilih bungkam atau hanya bersuara tanpa tindakan nyata?
Demonstrasi demi demonstrasi mewarnai jalan-jalan di berbagai belahan dunia. Dari Jakarta hingga London, dari Cape Town sampai Santiago, jutaan orang turun ke jalan membawa poster perdamaian, menyerukan diakhirinya kekerasan. Mereka berteriak agar Gaza tidak dilupakan, agar tragedi kemanusiaan ini dihentikan segera. Namun damai tetap enggan datang. Suara rakyat dunia seolah menguap di udara, tak mampu menembus tembok diplomatik dan kebijakan luar negeri negara-negara besar.