Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menanggapi serius kabar mengenai rencana penutupan Selat Hormuz oleh Iran. Hal itu dinilai dapat memicu lonjakan harga minyak dunia akibat gangguan rantai pasok global. Penutupan jalur strategis tersebut sebelumnya dikabarkan telah disetujui oleh Parlemen Iran. Para analis dan asosiasi migas nasional pun memperkirakan, jika eskalasi konflik Iran-Israel terus berlanjut hingga penutupan Selat Hormuz terealisasi, maka harga minyak mentah dunia akan melonjak tajam. Sekitar 20–30 persen minyak dunia diketahui diangkut melalui jalur ini, satu-satunya pintu keluar-masuk kapal tanker dari Teluk Persia.
Bahlil menjelaskan bahwa ketegangan ini merupakan bagian dari dinamika geopolitik global yang tak menentu. Sebelumnya, dunia telah menyaksikan konflik Rusia-Ukraina, bentrokan berkepanjangan antara Israel dan Hamas, serta ketegangan antara India dan Pakistan.
Menurutnya, jika harga minyak mentah dunia terus meningkat, maka salah satu langkah strategis yang perlu digenjot adalah peningkatan produksi dalam negeri, khususnya lifting minyak. Upaya ini kini tengah diimplementasikan agar solusi konkret di lapangan bisa segera terealisasi. Meski demikian, Bahlil memastikan bahwa situasi saat ini masih terkendali. Harga minyak mentah global belum melampaui asumsi yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025, yakni sebesar 82 dolar AS per barel.