Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) mengungkap bahwa bergugurannya pusat belanja disebabkan oleh perubahan perilaku konsumen yang kini lebih memilih belanja secara online. Peralihan ini berdampak signifikan pada ritel offline, meski sebagian pelaku usaha telah beradaptasi dengan turut menjual secara daring. Selain itu, kondisi industri ritel diperburuk oleh dampak perang dagang global yang menekan daya beli masyarakat. Penurunan aktivitas belanja pasca hari besar keagamaan turut menambah tekanan terhadap sektor ini. Karena itu, Hippindo menilai perlu adanya intervensi pemerintah melalui kemudahan izin usaha, keringanan pajak, dan pemberian stimulus.
Pelemahan ekonomi nasional yang tercermin dari pertumbuhan 4,87% pada kuartal I 2025 turut dianggap memperparah kelesuan sektor ritel. Ketua Umum Hippindo, Budihardjo Iduansjah, menyarankan agar belanja pemerintah segera dipercepat untuk mendorong konsumsi. Stimulus seperti bantuan langsung tunai (BLT) diusulkan sebagai langkah untuk menggairahkan kembali daya beli masyarakat. Ia menegaskan bahwa tanpa dukungan nyata dari pemerintah, pusat-pusat belanja akan terus menghadapi tantangan berat. Karena itu, dukungan kebijakan fiskal diharapkan bisa segera diberikan demi menjaga kelangsungan sektor ritel.