Tahun Ini RI Bakal Impor Gula 200 Ribu Ton untuk Cadangan Pangan

Pemerintah berencana mengimpor 200 ribu ton gula kristal mentah sebagai langkah strategis dalam menjaga stabilitas stok pangan nasional. Keputusan ini diambil seiring dengan meningkatnya harga gula yang turut memberikan kontribusi terhadap inflasi. Meskipun sebelumnya pemerintah menargetkan untuk menghentikan impor gula konsumsi, kondisi pasar dan kebutuhan cadangan pangan membuat kebijakan tersebut perlu disesuaikan. Importasi ini dilakukan bukan untuk gula siap konsumsi, melainkan sebagai bahan baku yang nantinya akan diproses lebih lanjut guna memastikan ketersediaan pasokan di dalam negeri.

Proses impor akan dikelola oleh badan usaha milik negara (BUMN) agar pemerintah dapat lebih optimal dalam mengendalikan stok dan harga di pasar. Langkah ini diharapkan mampu menjaga keseimbangan antara kebutuhan masyarakat dan kepentingan petani tebu lokal. Meskipun saat ini stok gula masih cukup untuk beberapa bulan ke depan, pemerintah mengambil langkah antisipatif guna menghindari potensi kelangkaan, terutama pada periode transisi sebelum musim giling tebu dimulai. Beberapa faktor yang turut dipertimbangkan dalam menentukan waktu kedatangan gula impor antara lain harga komoditas global, nilai tukar rupiah, serta siklus produksi dalam negeri.

Target produksi gula konsumsi dalam negeri tahun ini diproyeksikan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, namun tetap belum mencukupi kebutuhan nasional yang mencapai ratusan ribu ton per bulan. Dengan stok awal yang tersedia, konsumsi domestik diperkirakan masih aman hingga pertengahan tahun, tetapi potensi defisit tetap ada jika produksi lokal tidak dapat memenuhi permintaan dalam periode transisi. Oleh karena itu, meskipun pemerintah memiliki ambisi untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor, realitas di lapangan menunjukkan bahwa kebijakan ini harus tetap fleksibel guna menjaga stabilitas pangan dan harga di pasar.

Search