Menteri BUMN Erick Thohir diminta menjelaskan progres pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), yang hingga kini belum resmi diluncurkan. Peresmian yang semula dijadwalkan bulan lalu tertunda karena Presiden Prabowo Subianto berhalangan hadir akibat jadwal luar negeri yang padat. Erick menyatakan bahwa pembahasan terkait BPI Danantara masih terus berlangsung, termasuk fasilitas yang telah disiapkan dan kajian yang didiskusikan. Ia menekankan pentingnya mengikuti visi Presiden, seperti swasembada pangan, energi, dan pengentasan kemiskinan, dalam memastikan BUMN berjalan sesuai arah kebijakan negara.
Presiden Prabowo menargetkan BPI Danantara menjadi sovereign wealth fund (SWF) terbesar keempat di dunia dengan potensi dana kelolaan hingga 600 miliar dolar AS atau setara Rp 9.459 triliun. Dana ini berasal dari tujuh BUMN terbesar, termasuk Bank Mandiri, BRI, PLN, Pertamina, BNI, Telkom, dan Mind ID, serta penggabungan Indonesia Investment Authority (INA) ke dalam Danantara. Dengan modal awal tersebut, BPI Danantara menargetkan dana kelolaan mencapai 982 miliar dolar AS atau sekitar Rp 15.481 triliun. Secara bertahap, entitas aset negara lainnya akan dimasukkan ke dalam Danantara untuk memperluas portofolionya.