PLN Siap Tekan Emisi Pembangkitan Hingga 19 GW di 2060

PT PLN (Persero) berkomitmen mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 8% melalui transisi energi yang masif dan berkelanjutan. Dengan fokus pada pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT), PLN menargetkan pengurangan emisi dari pembangkit listrik eksisting sekaligus membangun pembangkit baru berbasis energi terbarukan. Langkah ini sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk dekarbonisasi sektor kelistrikan guna mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060, sebagaimana diuraikan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045.

PLN juga mengimplementasikan teknologi Carbon Capture & Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization & Storage (CCUS) pada beberapa pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) guna mengurangi emisi karbon. Teknologi ini memungkinkan emisi karbon dari PLTU yang masih beroperasi untuk ditangkap dan disimpan, termasuk memanfaatkan potensi Saline Aquifer di Indonesia yang memiliki kapasitas penyimpanan hingga 572 gigaton CO2. Pembangkit batu bara secara bertahap akan digantikan oleh pembangkit berbasis nuklir, hidro, dan geothermal, memastikan transisi energi yang bersih dan berkelanjutan.

Untuk mempercepat implementasi teknologi ini, PLN berkolaborasi dengan mitra nasional dan internasional, seperti perusahaan dari Korea dan Jepang, pada proyek-proyek PLTU di Suralaya, Indramayu, Tambak Lorok, dan Tanjung Jati B. Kolaborasi ini diharapkan tidak hanya mempercepat adopsi teknologi CCS/CCUS tetapi juga mendorong pertumbuhan industri nasional yang mampu menopang kebutuhan teknologi pembangkit energi bersih. Langkah ini diharapkan mampu memperkuat ekonomi nasional sambil mendukung target pertumbuhan ekonomi 8% dan keberlanjutan lingkungan.

Search