Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) atau BKKBN mencatat adanya 8,7 juta keluarga berisiko stunting (KRS) di Indonesia, yang menjadi tantangan besar dalam upaya mengentaskan stunting. Kepala BKKBN Wihaji menyatakan bahwa pemerintah telah memetakan penyebab utama stunting dan akan fokus mengatasinya sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto. Sinergi antara kementerian dan lembaga diharapkan menjadi kunci dalam menyelesaikan masalah ini secara efektif.
Menurut Wihaji, faktor utama yang menyebabkan stunting adalah keterbatasan ekonomi, kurangnya edukasi, dan buruknya sistem sanitasi di sejumlah daerah. Ia mencontohkan kasus ibu hamil yang masih melakukan kebiasaan kurang sehat seperti nyirih, yang berpotensi memengaruhi kesehatan janin. Untuk itu, pemerintah tidak hanya akan memanfaatkan APBN tetapi juga melibatkan masyarakat melalui program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), guna memastikan penanganan stunting lebih menyeluruh.
Sebagai langkah konkret, Kemendukbangga/BKKBN telah menyusun data keluarga berisiko stunting secara by name by address. Data ini menjadi panduan pemerintah dalam memberikan intervensi yang terarah dan efisien. Selain fokus pada penanganan langsung, pemerintah juga berkomitmen meningkatkan edukasi kepada masyarakat, sehingga upaya mencegah stunting dapat dilakukan lebih dini dan berkelanjutan.