Pemerintah Indonesia tengah memprioritaskan program hilirisasi pada 28 komoditas unggulan dalam negeri sebagai bagian dari upaya meningkatkan nilai tambah ekonomi. Menteri Investasi Rosan Roeslani menyatakan, dari 28 sektor yang telah dipetakan, enam komoditas utama akan menjadi fokus utama, termasuk nikel, timah, tembaga, bauksit, sawit, dan rumput laut. Pemilihan ini didasarkan pada melimpahnya cadangan sumber daya alam Indonesia, di mana beberapa di antaranya memiliki cadangan terbesar di dunia, seperti nikel yang mencapai 42% dari total cadangan global.
Indonesia memiliki posisi strategis dalam pasar global berkat kekayaan alamnya. Sebagai contoh, cadangan timah Indonesia merupakan yang kedua terbesar di dunia dengan 16,3%, sementara sawit dan kelapa masing-masing menempati peringkat pertama secara global. Selain itu, sektor kelautan juga menjadi perhatian, dengan rajungan dan rumput laut yang menduduki peringkat kedua terbesar di dunia. Hilirisasi pada komoditas ini bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja, memperkuat daya saing industri, dan mendorong integrasi dalam rantai pasok global.
Strategi hilirisasi ini diharapkan mampu memacu pembangunan industri dalam negeri yang lebih berkelanjutan. Pemerintah juga mendorong pengolahan komoditas di dalam negeri untuk menghasilkan produk jadi atau setengah jadi, sehingga nilai tambah dapat dinikmati oleh masyarakat lokal. Dengan mengoptimalkan potensi besar ini, Indonesia berambisi untuk menjadi pusat kekuatan ekonomi berbasis sumber daya alam, sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan sosial.