Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengonfirmasi bahwa pemimpin tertinggi Hamas Yahya Sinwar gugur dalam pertempuran dengan pasukan penjajahan Israel (IDF) di Jalur Gaza. Sejumlah pihak meyakini ini bukan berarti perlawanan pejuang Palestina bakal selesai.
Roxane Farmanfarmaian, dosen hubungan internasional Timur Tengah di Universitas Cambridge, mengatakan kepada Aljazirah bahwa beberapa pemimpin yang mungkin menggantikan Yahya Sinwar akan cenderung lebih “garis keras”. Yang lainnya termasuk tokoh yang lebih pragmatis seperti Khaled Meshaal, mantan kepala direktorat politik Hamas, yang lebih merupakan “ahli negosiasi”, kata Farmanfarmaian.
Dia mengatakan bahwa karena Hamas mungkin telah kehilangan pemimpin militernya, kecenderungannya adalah bahwa Hamas mungkin akan memilih pemimpin militer lain ketimbang pemimpin politik pada saat ini, karena “perjuangan belum berakhir”. Beberapa warga sipil di Gaza menerima berita tentang pembunuhan yang dilakukan Sinwar dengan perasaan sedih namun juga bangga, mengingat bahwa kematiannya tidak berarti berakhirnya konflik.