CEO Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI) Diah Satyani Saminarsih mengatakan, pembatalan kenaikan cukai rokok dapat menghalangi tercapainya target eradikasi tuberkulosis (TBC) pada 2030. Pasalnya, diah menuturkan rokok menjadi salah satu penyebab TBC. Dalam salah satu penelitian CISDI menemukan, pemerintah mengeluarkan Rp 27,7 triliun untuk membayar ongkos penyakit-penyakit yang disebabkan oleh rokok seperti penyakit kardiovaskular, kanker, diabetes, dan gagal ginjal.
Dalam kesempatan yang sama, dia menjelaskan sebuah riset oleh CISDI menunjukkan sebanyak 8,8 juta orang sebenarnya hidup di bawah garis kemiskinan. Akan tetapi, mereka tidak dianggap miskin karena pengeluaran untuk rokok membuat pengeluaran rutin keluarga terkesan besar. Apabila rokok dihilangkan dari pengeluaran rutin tersebut, maka mereka sebenarnya termasuk miskin.
Menurut Diah, dengan tidak naiknya cukai rokok yang harus dilakukan adalah meregulasi rokok-rokok yang tidak punya pita cukai. Sehingga tidak ada lagi rokok tadi yang bisa dijual eceran maupun yang tidak punya pita cukai, sehingga semuanya berdasarkan regulasi yang sama. Diah menilai dengan menaikkan cukai rokok sebenarnya pemerintah punya keleluasaan fiskal untuk menggunakan uang tersebut untuk hal-hal yang lebih berguna untuk publik. Contohnya seperti makanan bergizi, skrining kesehatan gratis, dan untuk menangani TBC juga.