Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Muhammad Luthfi Ali Yahya (Habib Luthfi) didampingi Hasbullah Ahmad, Sekretaris Anggota Wantimpres, memimpin kegiatan Dzikir dan Pengajian Kliwonan di Kanzus Sholawat, kota Pekalongan, Jawa Tengah pada hari Jumat (20/09/24). Malam hari sebelumnya, di tempat yang sama, dilaksanakan pula pengajian rutin setiap malam jumat dipimpin Habib Ali Zainal Abidin Assegaf.
Dalam tausyiahnya, Habib Luthfi mengutip kitab Jaami Al Ushul yang menjelaskan tentang tiga kategori atau tingkatan rindu (syauq) dalam ilmu tasawuf, yaitu rindunya orang awam, orang yang khusus dan sangat khusus. Pemahaman rindu bagi orang awam adalah rindu terhadap pemberian Allah SWT yang bersifat duniawi kendatipun kerinduan tersebut tidak meninggalkan aspek syariah. Kerinduan pada dunia dapat menjerumuskan seseorang kelak di hari akhir apabila tidak memiliki kesadaran bahwa pemberian Allah SWT tersebut dalam rangka untuk meningkatkan ketakwaan. Kerinduan kepada dunia tidak boleh melalaikan kita pada hukum halam haram yang berlaku. Kerinduan kepada dunia bukanlah sesuatu yang terlarang dan salah. Habib Luthfi memberikan ilustrasi betapa kerinduan kepada dunia tidak salah dan harus memperhatikan aspek syariah dengan mencontohkan peristiwa makan. Doa yang dibaca sebelum makan, apabila kita sadari, akan menuntun kita bahwa beras yang kita peroleh harus halal, dan kita harus memahami bahwa sampai menjadi sebutir beras melibatkan begitu banyak pihak. Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban kita kelak apakah rizki yang diberikanNya akan menambah rasa syukur atau sebaliknya justru digunakan untuk maksiat. Apabila kita lulus pada fase ini maka akan meningkat kerinduan kita pada tingkatan rindu berikutnya yaitu kerinduan kepada Allah SWT, Dzat yang maha memberikan kita rizki. Kerinduan ini akan mencapai puncaknya apabila kita sudah merindukan perjumpaan kepada Allah SWT sebagaimana yang dialami oleh para kekasih Allah.
Habib Luthfi menegaskan bahwa bagi kita mungkin kerinduan berjumpa dengan Allah SWT terlalu tinggi dan karenanya perlu kita turunkan derajatnya rindu kepada Rasulullah SAW, yang mengenalkan kita pada agama Islam. Dengan kerinduan pada Rasulullah kita akan memanfaatkan umur yang kita miliki untuk bersyukur. Kerinduan kita pada Rasulullah terjadi akibat wasilah (perantaraan) dari para ulama yang bukan saja mengajarkan kepada kita agama Islam tetapi juga ikut berjuang memerdekakan bangsa ini. Orang yang memahami tasawuf akan merindukan perjumpaan dengan ulama dan selalu ingin membersamainya bukan saja di dunia ini tetapi juga di akhirat kelak bersama Rasulullah SAW.