Di balik optimisme dan manfaat dari pembangunan infrastruktur di Indonesia dengan anggaran yang sangat masif, terdapat risiko tersembunyi yang sering kali terabaikan, yaitu fenomena crowding out. Hal ini terjadi karena, dalam euforia pembangunan infrastruktur, pemerintah kerap mengandalkan pinjaman dalam jumlah besar untuk membiayai proyek-proyek ini. Akibatnya, pemerintah menjadi pemain dominan di pasar keuangan, menyedot dana yang seharusnya dapat diakses oleh sektor swasta untuk keperluan investasi.
Ketika pemerintah meminjam dalam jumlah besar, hal ini menyebabkan peningkatan permintaan terhadap dana yang tersedia di pasar, pada akhirnya mendorong suku bunga ke level lebih tinggi. Sektor swasta, yang seharusnya menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi, terpaksa menunda atau mengurangi investasinya karena menghadapi biaya modal yang semakin mahal.
Fenomena crowding out bukan hanya masalah teori ekonomi yang abstrak, dampaknya nyata dan terasa langsung di lapangan. Ketika investasi swasta terhambat kebijakan fiskal yang ekspansif, potensi pertumbuhan jangka panjang ekonomi Indonesia dapat terkikis. Pertumbuhan ekonomi yang seharusnya didorong oleh inovasi dan efisiensi sektor swasta beralih menjadi beban keuangan yang berat akibat terus meningkatnya utang pemerintah. Jika tidak dikelola dengan bijaksana, strategi pembangunan infrastruktur yang ambisius ini justru dapat menjadi bumerang, melemahkan daya saing ekonomi dan memperburuk ketergantungan pada utang, sehingga mengancam stabilitas ekonomi nasional di masa depan.