Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Muhammad Luthfi Ali Yahya (Habib Luthfi) didampingi Sekretaris Anggota Wantimpres Hasbullah Ahmad, memberikan kuliah umum awal semester ganjil kepada Taruna Tingkat II, III, dan IV Tahun 2024 di auditorium Cendrawasih Grha Akpol pada hari Kamis (01/08/24). Pada pengantar kuliah umum tersebut, Gubernur Akpol berharap selain para taruna nantinya memiliki wawasan dan pemikiran yang modern tetapi hal terpenting yang tidak boleh dilupakan adalah memiliki moralitas dan kecintaan kepada tanah air yang tinggi. Diharapkan dengan kehadiran Habib Luthfi dapat memberikan keseimbangan antara kecerdasan intelektual para taruna dengan aspek kecintaan kepada tanah air.
Pada bagian kuliah umumnya Habib Luthfi mendeskripsikan modernitas yang dimiliki oleh para leluhur kita di masa lalu dibuktikan dengan bagaimana candi Borobudur dibangun dengan sangat presisi, bukan sekedar tumpukan batu semata. Ada pertimbangan arsitektur tetapi juga memperhitungkan kerumitan lainnya, termasuk mengkalkulasi dengan baik aspek lingkungan. Contoh lainnya bagaimana kemampuan leluhur kita, Raden Patah, membangun masjid Demak yang dengan beberapa tiang (saka tatal) kemudian ditambah satu tiang oleh Sunan Kalijaga demi menyatukan tiang-tiang lainnya sekaligus mencegah dari keruntuhan akibat seringnya terjadi gempa. Ada aspek filosofis yang mendalam dari Sunan Kalijaga yaitu tentang persatuan dan kekuatan umat, apabila rakyat kecil dibina dengan baik maka akan menjadi kekuatan yang luar biasa. Namun, dibalik itu semua juga ada pertimbangan arsitektur yang rasional bukan sekedar masjid tersebut dibangun atas sokongan para wali songo semata.
Habib Luthfi memberikan ilustrasi lainnya dengan mendeskripsikan betapa laut memberikan pelajaran penting kepada kita. Laut memiliki jati diri yang kokoh. Seluruh limbah yang dibawa ke laut melalui sungai tidak akan mampu mengubah asinnya laut bahkan limbah pun akan dibawa oleh ombak hingga ke tepian. Ini sekaligus menjelaskan bahwa wilayah pesisir selalu kotor oleh limbah karena kokohnya pertahanan laut. Belajar dari metafora tersebut, Habib Luthfi menegaskan bahwa bangsa Indonesia hanya akan berdiri kokoh apabila mampu belajar dari merah putih yang menyimpan filosofi harga diri bangsa, kehormatan bangsa dan jati diri bangsa. Ketiga filosofi itulah yang menjadi sari pati dari metafora laut tersebut. Laut menjadi simbol jati diri, harga diri dan kehormatan. Tidak akan ada faktor eksternal yang mampu mengubah rasa asinnya air laut. Laut dengan pertahanannya mampu memilah limbah/sampah sehingga secara alamiah akan tersisih dan tidak akan mampu menembus pusaran laut yang sangat kuat jati diri, kehormatan dan harga dirinya.
Pada akhir kuliah umum, Habib Luthfi memberikan jawaban atas pertanyaan beberapa orang taruna. Turut hadir pada acara tersebut Gubernur Akpol Irjen (Pol) Krisno H. Siregar, S.I.K., M.H, para pejabat utama Akpol dan 756 orang taruna/taruni Akpol.